Pendidikan menjadi salah satu faktor majunya peradaban suatu bangsa. Untuk mendukung keberlangsungan suatu pendidikan maka perlu adanya kurikulum. Sejauh ini, Indonesia telah berulang kali berganti kurikulum. Hingga kurikulum terkahir yang saat ini mulai diterapkan adalah Kurikulum Merdeka, termasuk di dalamnya Kurikulum Merdeka Belajar.
Kurikulum Merdeka itu sendiri terbagi dalam tiga model, yakni Kurikulum Merdeka Belajar, Merdeka Berubah, dan Merdeka Berbagi. Perbedaan tersebut bukan bertujuan untuk membedakan antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lain. Namun, lebih bersifat sebagai media bagi sekolah-sekolah dalam beradaptasi menuju Kurikulum Merdeka Belajar sepenuhnya.
Kurikulum Merdeka Belajar berarti sekolah tersebut dapat menggunakan kurikulum pendidikan yang telah digunakan, misalnya Kurikulum 2013 maupun Kurikulum Darurat. Di sisi lain, beberapa jenjang sekolah sudah mulai bertahap menerapkan Kurikulum Merdeka Belajar pada beberapa bagian dan prinsip kurikulumnya. Misal jenjang SD sudah mulai menerapkan Kurikulum Merdeka Belajar di kelas 1 dan 4.
Merdeka Berubah berarti pihak sekolah mulai mengimplementasikan Kurikulum Merdeka dengan cara mulai menggunakan perangkat ajar yang telah disediakan dari satuan pendidikan. Selanjutnya Kurikulum Merdeka Mandiri menempati skema level tinggi dalam artian pihak satuan pendidikan berwenang dalam mengembangkan sendiri berbagai perangkat ajarnya.
Kurikulum Merdeka Belajar juga menekankan adanya penguatan karakter dan moral. Penguatan karakter tersebut tercermin dari adanya penguatan Profil Pelajar Pancasila dan proyek-proyek siswa maupun sekolah. Profil Pelajar Pancasila mencerminkan sikap beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, mandiri, gotong royong, berkebhinekaan global, bernalar kritis dan kreatif. Ada beberapa langkah yang setidaknya perlu dilakukan untuk menyukseskan kurikulum ini.
Kurikulum Merdeka Belajar Butuh Kolaborasi Semua Elemen Dunia Pendidikan
Secara teori, Kurikulum Merdeka Belajar memiliki tujuan yang baik. Para anggota DPR maupun kementerian terkait pendidikan telah membahas kurikulum tersebut dengan beberapa elemen lainnya. Namun apabila yang paham terkait kurikulum tersebut sebatas pada tataran pembuat kebijakan maka akan sulit rasanya mewujudkan kurikulum tersebut sepenuhnya.
Oleh karena itu, perlu adanya sosialisasi ke tataran bawah pelaksana terkhusus tingkat sekolah. Sosialisasi pun seharusnya dikonsep dengan model workshop dengan perpaduan materi dengan praktik sehingga tidak sekadar seminar-seminar materi saja.
Pembelajaran yang Kontekstual
Pembelajaran sekolah seringkali terpacu pada buku teks saja. Hal tersebut terkadang memicu berkurangnya motivasi belajar siswa. Untuk itu pembelajaran kontekstual sangat perlu mewarnai pembelajaran di sekolah.
Dalam pembelajaran kontekstual guru dapat mengaitkan materi sekolah dengan lingkungan sekitar. Sehingga nantinya materi tersebut akan semakin mudah dipahami oleh anak-anak. Salah satu contoh pembelajaran kontekstual yaitu dalam pelajaran IPAS. Misalnya ketika mempelajari tentang tumbuhan maka anak bisa diajak mengenal tumbuhan dengan melakukan aktivitas berkebun.
Pengembangan Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran pada dasarnya suatu aktivitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam strategi pembelajaran tentu ada metode maupun teknik. Untuk teknik atau taktik mengajar dipengaruhi oleh karakter masing-masing guru.
Teruntuk pengembangan strategi maka setidaknya perlu memperhatikan beberapa hal seperti aspek inovasi, aspek sumber atau referensi belajar, karakteristik siswa, dan juga sarana maupun prasarana yang ada.
Kurikulum Merdeka Belajar Perlu Memanfaatkan Teknologi dan Informasi
Perkembangan IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi) saat ini bisa dibilang tidak terbendung. Yang dapat dilakukan agar tidak hanyut terbawa arus teknologi yang semakin deras adalah mengontrolnya. Mengontrolnya di sini berarti memanfaatkan teknologi informasi yang ada untuk hal baik salah satunya dalam pembelajaran.
Sistem pembelajaran dengan teknologi dan informasi kini telah mulai dilakukan oleh berbagai sekolah. Hal ini dapat dilakukan dalam hal pemanfaatan terkait media belajar maupun materi. Untuk materi berkaitan teknologi informasi atau digitalisasi dunia pendidikan antaea lain adalah adanya pembelajaran pemograman atau coding maupun artificial intelligence.
Namun, di sisi lain masih terdapat PR bersama untuk hal ini. Masih terdapat beberapa daerah yang sulit untuk mengakses informasi karena jaringan internet yang tidak memadai. Di sisi lain terkadang ada pula bapak atau ibu guru yang kesulitan dalam memanfaatkan teknologi informasi karena kurang adanya rasa percaya diri dalam menggunakannya. Untuk itu perlu adanya kesalingan berbagai pihak dalam dunia pendidikan untuk berbenah bersama lebih baik.
Penguatan Karakter Melalui Projek
Dalam Kurikulum Merdeka Belajar sebagaima dijelaskan dalam buku saku tentang kurikulum merdeka belajar terdapat yang namanya projek siswa. Projek ini bertujuan pada penguatan pelajar Pancasila, yakni membentuk karakter-karakter bermoral sebagaimana nilai-nilai Pancasila. Jadi setiap projek yang diselenggarakan memiliki tujuan untuk menguatkan karakter-karakter peserta didik.
Melalui projek tersebut diharapkan menguatkan karakter setiap anak didik. Anak-anak didik dengan karakter yang kuat diharapkan mampu mendorong kemajuan peradaban bangsa Indonesia. Ada setidaknya 5 tema projek, yakni gaya hidup berkelanjutan, kearifan lokal, Bhineka Tunggal Ika, rekayasa dan teknologi, serta kewirausahaan.
Setiap kelas minimal menjalankan 2 projek per tahun. Pelaksanaan projek ini sangat disarankan untuk melibatkan orang tua dan elemen sekolah lainnya. Sehingga projek yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan optimal.
Pada akhirnya untuk bisa sepenuhnya menyukseskan Kurikulum Merdeka Belajar perlu adanya keberanian berbenah dan kolaborasi dari berbagai pihak. Tidak hanya dari pihak pemangku kebijakan saja, tetapi juga sekolah dan seluruh civitas di dalamya, siswa, dan juga orang tua.