Dalam kehidupan ini manusia telah disediakan sumber daya alam yang melimpah oleh Tuhan untuk dikelola dengan sebaiknya. Namun sering kali eksploitasi alam yang berlebih mengakibatkan bahaya untuk keberlanjutan kehidupan makhluk hidup di masa depan. Untuk merespons fenomena tersebut, dunia pendidikan menerapkan sebuah program bernama sekolah adiwiyata. Sekolah adiwiyata sendiri secara umum bertujuan untuk membentuk pembiasaan warga sekolah dalam merawat lingkungan untuk keberlanjutan kehidupan ke depannya.
Dalam hal ini akan dipaparkan beberapa tips untuk menjadi sekolah adiwiyata yang berasal dari pengalaman penulis maupun informasi sekolah-sekolah yang mendapat juara sekolah adiwiyata. Setidaknya dalam program adiwiyata ini mengusung prinsip esensi yakni edukatif, partisipatif, dan keberlanjutan.
Edukatif di sini berarti segala kebijakan dan praktik kegiatan program sekolah ditujukan untuk pembelajaran hidup setiap warga sekolah. Sedangkan prinsip partisipatif berarti dalam menjalankan segala program yang telah direncanakan perlu adanya keterlibatan warga sekolah dari kepala sekolah, guru, siswa, orang tua, hingga penjaga sekolah. Kemudian prinsip keberlanjutan berarti segala program direncakan untuk kehidupan yang berkelanjutan. Jadi program pun tidak sebatas sesaat tapi diusahakan selamanya dibiasakan di lingkungan sekolah. Melalui prinsip utama tersebut kemudian dirincikan dalam kebijakan maupun aktivitas program di sekolah sebagaimana berikut ini:
Pertama, pahami kebijakan aturan sekolah adiwiyata.
Sekolah perlu memahami kebijakan aturan sekolah adiwiyata dari dinas pendidikan dan kementerian lingkungan hidup. Apabila ingin mengikuti lomba sekolah adiwiyata maka perlu memahami aturannya terlebih dahulu agar dapat dengan maksimal mewujudkan sekolah adiwiyata. Memahami aturan tersebut bisa dengan cara membacanya atau bisa mengikuti beberapa sosialisasi tentang sekolah adiwiyata
Kedua, tentukan kebijakan lokal.
Kebijakan lokal di sini maksudnya kebijakan di lingkungan sekolah. Setelah memahami aturan yang ada, sekolah membentuk arah kebijakan model sekolah adiwiyata yang akan diwujudukannya. Misal, membentuk kurikulum yang berwawasan lingkungan, melalui cara pelibatan siswa dalam pengenalan dan merawat tanaman.
Ketiga, penyeimbangan unsur biotik, abiotik dengan seni.
Dalam kehidupan di dunia setidaknya ada dua unsur utama pembentuk kehidupan yaitu biotik dan abiotik. Biotik sendiri berarti berkaitan makhluk hidup seperti hewan, tumbuhan, dan manusia. Sedangkan abiotik (tidak hidup) seperti air, udara, dan tanah. Nah, dalam sekolah adiwiyata ini maka perlu adanya keseimbangan antara abiotik dengan biotik. Bagaimana caranya? Ya, di antaranya melalui penanaman tumbuhan di lingkungan sekolah. Tumbuhannya bisa tumbuhan hias, obat-obatan, sayur, maupun buah-buahan.
Tak hanya tumbuhan, di sekolah pun dapat pula membuat kolam ikan untuk ditaburi benih ikan. Nantinya ikan tersebut dapat dipanen bersama warga sekolah. Selanjutnya abiotik dengan melakukan penataan batu, tanah, dan pengelolaan air yang baik di sekolah. Air dikelola sebaik mungkin dan tidak sembarangan menggunakan air hingga mubazir.
Dalam sisi seni, lingkungan sekolah dapat dihiasi dengan beberapa jargon tentang kebersihan dan mencintai alam semesta. Misalnya buanglah sampah pada tempatnya, mari jaga bumi jangan sampai bumi menangis, dan jargon-jargon lainnya. Selain itu bisa juga dengan membuat lukisan di tembok-tembok sekolah yang kosong. Tentunya lukisan tersebut berkaitan dengan suasana alam yang asri dan indah.
Keempat, partisipasi warga sekolah.
Sekolah adiwiyata tidak akan dapat terwujud jika warga sekolah tidak solid mewujudkan kebiasaan baik dalam mencintai alam. Oleh karena itu, perlu adanya keterlibatan baik secara langsung dalam kerja bakti maupun tidak langsung dengan cara mengingatkan hal-hal kecil seperti menegur ketika ada civitas sekolah yang membuang sampah sembarangan.
Kelima, budaya literasi.
Ya, selain aspek berkaitan dengan alam lingkungan perlu juga memberikan nutrisi bagi pikirian. Dalam hal ini dengan cara membudayakan literasi baca tulis di lingkungan sekolah. Salah satunya dengan menyediakan pojok baca di ruang kelas dan memberdayakan perpustakaan. Sekolah pun memberikan pengarahan atau inspirasi kepada civitas sekolah untuk memanfaatkan pojok baca yang telah disediakan.
Melalui beberapa poin inti tersebut setidaknya beberapa sekolah dapat menjuarai sekolah adiwiyata. Tentu tujuan dari program ini tidak sebatas hanya untuk memperoleh juara saja, tetapi perlu pembiasaan secara berkelanjutan guna mewujudkan lingkungan yang ramah dan berkelanjutan. Sebab, bagaimanapun juga inti dan semangat program ini adalah pembentukan pola pikir civitas sekolah dalam menjaga kelestarian lingkungan.